Sabtu, 30 April 2011

ANALISA KELAYAKAN USAHA GULA AREN DI KECAMATAN MUNGKA

oleh : Aris Aria Samudra (1 Mei 2011)

Tanaman aren merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang sangat menguntungkan dan sangat prospektif untuk dikembangkan. Salah satu prodok yang berasal dari tanaman aren adalah gula aren. Produk gula aren selain dikonsumsi dalam negri juga diminati  oleh pasar ekspor terutama dalam bentuk gula semut. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain Jepang, AS dan  negara-negara di Eropa. Gula aren dari Indonesia dapat diterima di pasar manca negara karena memiliki kandungan dan aroma yang berbeda dengan produksi dari negara lain (Burhanuddin, 2005). Produk gula aren juga mampu mengatasi fenomena yang terjadi pada persoalan kesenjangan antara tingkat produksi di dalam negeri dengan kebutuhan konsumsi gula oleh masyarakat sehingga harga gula meningkat dan  membebani pola pengeluaran masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan gula akan terus meningkat. Menurut Effendi (1999), permintaan gula nasional per tahun yang meningkat akan berdampak terhadap permintaan gula merah sebagai pengganti gula manis. Secara teoritis potensi aren sebagai penghasil gula lebih tinggi dibandingkan tebu per satuan luas lahan, produksi gula yang dihasilkan tanaman aren 2,4 kali lebih besar di bandingkan tanaman tebu.. Oleh karena itu, gula aren berpotensi menjadi komoditas substitusi gula pasir  andalan di dalam negeri sehingga mampu menekan ketergantungan terhadap impor gula.   Berdasarkan informasi dari UPTD Pertanian Kecamatan Mungka, pengolahan gula aren yang berasal dari nira tanaman aren merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Mungka. Masyarakat di Kecamatan Mungka  yang hanya memanfaatkan satu batang tanaman aren yang tumbuh liar tanpa budidaya yang optimal mampu memperoleh penghasilan sekitar Rp.50.000,-/hari. Hal tersebut membuktikan pengembangan agribisnis tanaman aren sangat menguntungkan bagi masyarakat yang mengolah gula aren dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Mungka. Menurut Kusumanto (2008),  petani aren di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur yang membudidayakan tanaman aren dengan luas lahan 1 Ha (100 batang tanaman aren) dan mengolah nira tanaman aren menjadi gula aren mampu memperoleh keuntungan sebesar  Rp 2.120.000,-/hari/Ha dengan harga gula aren berkisaran Rp 7.000,-/kg. Oleh karena itu,  pengembangan tanaman aren sangat menguntungkan di Kecamatan Mambunut yang dapat dijadikan sebagai acuan petani aren di Kecamatan Mungka untuk membudidayakan tanaman aren sehingga meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka  
Usahatani tanaman aren
 
Usahatani aren  menggambarkan tentang penggunaan dan pengelolaan faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan manajemen) dalam proses membudidayakan tanaman aren yaitu persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemupukan dan pemungutan hasil. Berdasarkan informasi dari hasil wawancara dengan UPT Pertanian Kecamatan Mungka, seluruh petani aren  di Kecamatan Mungka tidak pernah melakukan teknik budidaya tanaman aren secara optimal. Petani aren di Kecamatan Mungka hanya memanfaatkan tanamana aren yang tumbuh secara seleksi alam sehingga petani aren di Kecamatan Mungka tidak pernah melakukan persiapan lahan, pembibitan dan penanaman serta pemeliharaan tanaman aren masih sangat tradisional. Hal tersebut disebabkan karena petani aren tidak memiliki informasi tentang teknik budidaya yang optimal 
Petani aren di Kecamatan Mungka juga tidak pernah melakukan pengolahan lahan terlebih dahulu dalam membudidayakan tanaman aren. Tanaman aren tumbuh di perkarangan atau di lereng-lereng perbukitan tanpa penyiapan lahan dan pengolahan lahan.  Menurut Soeseno (1992),  akar tanaman aren akan sulit menembus butiran tanah dan akar tanaman aren akan menjadi kerdil apabila lahan yang akan ditanami tanaman aren tidak gembur dan tidak ada perlakuan dalam pengolahan tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman aren dan berpengaruh terhadap produksi nira yang dihasilkan tanaman aren. 
Tanaman aren di Kecamatan Mungka merupakan tanaman yang tidak dibudidayakan sehingga tanaman aren merupakan tanaman liar yang penyebaran pertumbuhannya dilakukan melalui seleksi alam dengan bantuan binatang (musang). Oleh karena itu, bibit tanaman aren yang tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Selain itu, bibit aren yang tumbuh tidak terdapat dalam jumlah yang besar dan bibit yang tumbuh tersebut belum bisa dipastikan bibit unggul. Bibit unggul yang tidak tersedia menghambat petani dalam mengembangkan skala usahanya dan produksi nira yang dihasilkan petani di Kecamatan Mungka belum maksimal. 
Dalam budidaya tanaman aren, petani responden hanya melakukan penyiangan dan pemupukan. Petani responden menyiangi tumbuhan pengganggu dan membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di batang tanaman aren yang dilakukan  di setiap hari sewaktu petani responden melakukan penyadapan nira. Selain itu, petani aren juga melakukan pemupukan dengan menggunakan abu yang di lakukan satu bulan sekali. Abu tersebut berasal dari kayu bakar yang digunakan untuk memasak nira menjadi gula aren  Berdasarkan informasi dari petani responden, tanaman aren yang dilakukan penyiangan dan pemupukan dengan abu lebih memberikan hasil yang maksimal dibandingkan dengan pohon aren yang tumbuh liar tanpa pemeliharaan. Oleh karena itu, tanaman aren sangat membutuhkan budidaya dan perawatan yang optimal sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, petani responden aren di Kecamatan Mungka masih menggunakan teknik budidaya yang masih sangat tradisional karena petani responden tidak melakukan pengolahan lahan, seleksi bibit unggul, penanaman, penyiangan dan pemupukan yang optimal sehingga sangat mempengaruhi produktivitas tanaman aren. Menurut Kusumanto (2008), kalau tanaman aren dibudidayakan  dengan bibit yang unggul, pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan manajemen kebun yang memadai, maka hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak yang tidak beraturan. Oleh karena itu, pola penanaman tanaman aren yang tidak beraturan dan menyebar merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.
Proses Penyadapan Tanaman Aren
Proses penyadapan nira yang dilakukan oleh petani responden meliputi tahap (1) persiapan penyadapan, (2) pemukulan tandan bunga jantan, (3) pemotongan ujung tandan bunga jantan, (4) penyadapan. Proses persiapan penyadapan nira yang dilakukan oleh petani responden dengan membersihkan batang aren dari ijuk dan kotoran lain serta membuka pelepahnya. Selain membersihkan batang aren, petani responden memasang tangga yang terbuat dari buluh sebagai alat untuk memanjat pohon aren sewaktu penyadapan nira. Setelah pohon aren siap disadap, petani responden melakukan pemukulan terhadap tandan bunga jantan yang siap untuk disadap niranya. Pemukulan tandan bunga jantan dilakukan menggunakan kayu dengan arah memutar mulai dari ujung ke arah pangkal, kemudian sebaliknya sebanyak 3-6 kali putaran yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati serta menggoyang-goyangkan tandan bunga jantan secara perlahan. Proses tersebut bertujuan untuk memperbesar pori-pori dan melunakkan tandan bunga jantan, sehingga nira mudah keluar.  Setelah pemukulan tandan bunga jantan, petani responden memotong ujung tandan bunga jantan dengan menggunakan pisau. Sebelumnya, dirijen atau bumbung digantungkan dekat tandan tersebut sehingga air nira yang keluar tertampung didalam bumbung atau dirijen tersebut. Petani responden akan mengaitkan katrol dirijen atau bambu sehingga setelah bumbung atau dirijen tersebut penuh maka petani akan menurunkan menggunakan katrol tersebut.
Proses Pengolahan Gula Aren 
proses pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan dengan cara memasak nira aren tersebut menggunakan kuali yang berukuran besar. Proses pengolahan nira menjadai gula aren meliputi : (1) penampungan nira, (2) penyaringan nira, (3) pemasakan, (4) percetakan  Setelah nira aren disadap, nira aren tersebut dikumpulkan didalam ember. Sebelum nira aren tersebut dimasak, nira disaring dengan menggunakan penyaringan yang berguna untuk memisahkan nira aren dengan kotoran yang ikut sewaktu penyadapan. Penyaringan nira dari kotoran dilakukan sebanyak 2 kali. Setelah proses penyaringan, aren dimasak menggunakan kuali besar di atas tungku api yang berbahan bakar kayu bakar. Seluruh petani responden menghabiskan kayu bakar dengan biaya sebesar Rp 300.000 per bulan kira-kira 1/8 m3/hari. Nira aren sebanyak 40-45 liter mampu menghasilkan 5 kg gula aren dengan lama proses memasak selama 1,5 jam.  Setelah nira aren dimasak, nira akan menjadi kental dan berwarna merah kecoklat-coklatan sehingga nira yang kental tersebut akan dimasukkan kedalam cetakan yang berdiameter 5 cm. Sebelum dimasukkan kedalam cetakan, cetakan tersebut direndam terlebih dahulu ke dalam air untuk memudahkan pelepasan gula aren dari cetakan. Cetakan aren yang berdiameter 5 cm tersebut menghasilkan gula  aren dengan berat 0,23 kg-0,25 kg gula aren. Setelah gula aren kering dan dingin, gula aren tersebut di bungkus dengan daun pisang dan siap untuk dipasarkan. Satu bungkus gula aren tersebut memiliki berat 1 kg. 
 
Proses pengolahan nira menjadi gula aren di Kecamatan Mungka masih sangat sederhana sehingga proses tersebut tidak efisien dan efektif. Selain itu, proses pengolahan gula aren yang  menggunakan kayu bakar merupakan proses pengolahan yang tidak ramah lingkungan.
Produk gula aren yang dihasilkan oleh petani aren di Kecamatan Mungka berupa gula cetak yang memiliki bentuk fisik seperti tabung yang memiliki tinggi 4 cm dan diameter alas 7 cm. Produk gula aren yang dihasilkan petani aren di Kecamatan Mungka masih sangat tradisional yang dikemas dengan daun pisang. Bentuk produk tanaman aren yang masih sangat tradisional dan tidak menarik tidak mampu memasuki pasar modern ataupun pasar internasional yang selalu memiliki standar kebersihan, standar kualitas dan kemasan terhadap  produk gula aren. Padahal, kemasan gula aren dapat dirancang semenarik mungkin dalam bentuk produk gula pasir dan cair/syrup.
Gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka masih bersifat murni tanpa campuran. Oleh karena itu, konsumen sangat menyukai gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka karena gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka memiliki kualitas yang bagus dan aroma yang khas.
Selain itu, menurut Burhanuddin (2005), gula aren yang berasal dari Indonesia dapat diterima pasar ekspor karena aromanya yang khas dan memiliki kandungan kadar sukrosa yang tinggi. Kekhasan gula aren dibandingkan dengan gula lainnya karena mengandung kadar sukrosa lebih tinggi (84%), dibandingkan gula tebu (20%) dan gula Bit (17%).Walaupun demikian, masyarakat Indonesia masih dominan untuk mengkonsumsi gula tebu dari pada gula aren. Hal tersebut disebabkan karena pola konsumsi gula tebu telah menjadi kebiasaan masyarakat di Indonesia (Kusumanto, 2009).
Selain itu, gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tidak menggunakan kemasan yang bagus, bersih dan menarik. Gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka hanya menggunakan kemasan dari daun pisang dan produk masih berbentu slinder. Sebagai perbandingan, gula aren yang berasal dari Masarang telah menggunakan kemasan plastik dan botol yang dikemas dengan semenarik mungkin dan bersih sehingga harga jual menjadi tinggi dan mampu memasuki pasar ekspor (Kusumanto, 2009). Oleh karena itu, gula aren yang berasal di Kecamatan Mungka seharusnya dikemas dengan menarik sehingga mampu memasuki pasar ekspor yang masih sangat prospektif.
Promosi terhadap produk gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka juga tidak pernah dilakukan sehingga hal tersebut dapat menyebabkan konsumen tidak mengetahui keunggulan gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka. Kegiatan promosi dan memberikan kemasan yang menarik memberikan nilai tambah bagi produk tersebut sehingga gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka yang tidak memiliki kemasan yang menarik dan tidak ada kegiatan promosi merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.
 
Walaupun kemasan gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tidak bagus, bersih dan menarik serta belum adanya kegiatan promosi, gula aren yang dihasilkan selalu habis terjual dengan harga yang cukup tinggi yaitu Rp 10.000/ kg  yang di jemput oleh pedagang pengumpul ke tempat pengolahan yang dimiliki oleh petani responden.
Modal yang diperlukan petani responden dalam usahatani aren berkisar Rp 600.000-Rp 700.000. Modal tersebut terdiri dari biaya investasi alat-alat penyadapan dan pengolahan gula aren, biaya tenaga kerja (biaya yang diperhitungkan/bulan) dan biaya operasi (biaya pembelian kayu bakar/bulan). Alat-alat yang digunakan dalam usahatani aren yaitu, parang, batu asahan, kuali, sendok, dirijen, baskom, katrol, plastik dan pencetak gula aren dengan biaya investasi awal rata-rata sebesar Rp 279.500,-. Selain itu, penyusutan alat-alat tersebut juga diperhitungkan dengan membagi 2, yaitu biaya penyusutan alat penyadapan nira dengan biaya rata-rata sebesar Rp 512,-/bulan dan biaya penyusutan alat pengolahan nira menjadi gula aren dengan biaya rata-rata sebesar Rp 3.054 /bulan. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan bakar (kayu bakar) adalah Rp 737.750,-/bulan dan Rp 300.000,- /bulan. Namun, biaya tenaga kerja merupakan biaya yang diperhitungkan karena menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Oleh karena itu, modal yang diperlukan petani responden dalam mengusahakan usaha tani aren masih bisa dipenuhi oleh petani responden tersebut sehingga merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.
 
biaya rata-rata petani responden dalam mengusahakan usahatani aren sebesar Rp 1.043.515,-/bulan dengan penjualan rata-rata sebesar 3.225.000,-/bulan sehingga keuntungan bersih rata-rata yang diperoleh petani responden sebesar Rp 2.181.484,- /bulan dengan nilai R/C sebesar 10,41. Oleh karena itu,  usahatani aren sangat menguntungkan untuk dilaksanakan dan sangat potensial untuk dikembangkan dengan mempertimbangkan permintaan pasar tehadap gula aren masih belum bisa dipenuhi sehingga keuntungan yang cukup tinggi diperoleh petani responden yang masih mengusahakan tanaman aren dengan tradisional dan jumlah tanaman yang masih sedikit.

Read More......

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS AREN di KECAMATAN MUNGKA




 
Oleh : Aris Aria Samudra ( 1 Mei 2011 )
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari pembangunan pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri  dalam negri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2005). 
Urgensi sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian nasional dapat terlihat dari pemanfaatan sumber daya hayati yang melimpah sehingga menjadi  keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia dalam menghasilkan komoditas-komoditas pertanian. Sektor pertanian yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut terbagi kedalam berbagai subsektor yang dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman holtikultura, subsektor tanaman perkebunan (Pahan, 2008). 
Tanaman aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga sangat prospektif dalam pengembangannya dan memiliki peluang yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Aren termasuk salah satu tanaman berpotensi cukup besar dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini merupakan sumber daya alam yang dikenal di kawasan tropika, disebabkan oleh manfaatnya yang beraneka ragam, seperti sagu, ijuk, tangkai tandan bunga jantan, buah, daun, pelepah, akar dan kulit batang yang banyak dimanfaatkan orang (Sunanto, 1993). 
Nilai ekonomis yang dimiliki oleh produk-produk yang dihasilkan tanaman aren tersebut sangat dibutuhkan oleh pasar internasional sehingga mampu meningkatkan nilai ekspor yang berdampak pada peningkatan perekonomian nasional. Produk yang paling besar nilai ekonomisnya adalah gula aren. Produk gula aren selain dikonsumsi dalam negri juga diminati  oleh pasar ekspor terutama dalam bentuk gula semut. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain Jepang, AS dan  negara-negara di Eropa. Gula aren dari Indonesia dapat diterima di pasar manca negara karena memiliki kandungan dan aroma yang berbeda dengan produksi dari negara lain (Burhanuddin, 2005).
            Selain itu, produk gula aren juga mampu mengatasi fenomena yang terjadi pada persoalan kesenjangan antara tingkat produksi di dalam negeri dengan kebutuhan konsumsi gula oleh masyarakat sehingga harga gula meningkat dan  membebani pola pengeluaran masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan gula akan terus meningkat. Menurut Effendi (1999), permintaan gula nasional per tahun yang meningkat akan berdampak terhadap permintaan gula merah sebagai pengganti gula manis. Secara teoritis potensi aren sebagai penghasil gula lebih tinggi dibandingkan tebu per satuan luas lahan, produksi gula yang dihasilkan tanaman aren 2,4 kali lebih besar di bandingkan tanaman tebu.. Oleh karena itu, gula aren berpotensi menjadi komoditas substitusi gula pasir  andalan di dalam negeri sehingga mampu menekan ketergantungan terhadap impor gula.
Tanaman aren juga memiliki potensi dalam menghasilkan etanol. Potensi etanol dari aren adalah yang paling besar di antara semua sumber yang saat ini bisa dilakukan . Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.5/2006, pemerintah memiliki target untuk mengganti 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol. Oleh karena itu, Peraturaran Pemerintah No.5/2006 memberikan gambaran bahwa tanaman aren memiliki peluang untuk dikembangkan karena memiliki produksi etanol yang tinggi per satuan luas lahan sehingga mampu memenuhi kebutuhan bioetanol dalam negeri ataupun untuk diekspor ke luar negeri (Soleh, 2009).
Potensi yang dimiliki komoditas pertanian  merupakan tantangan dan peluang bagi petani, pengusaha produk-produk komoditas pertanian, dan pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi komoditas pertanian. Masa depan komoditas pertanian  tergantung pada sejauh mana sistem agribisnis berkembang yaitu keseimbangan antara aspek pertanian, bisnis dan jasa penunjang (Krisnamuthi dan Fausia, 2009).
Sistem agribisnis aren memiliki peluang untuk dikembangkan akan tetapi  peluang tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pada umumnya, tanaman aren tumbuh begitu saja tanpa adanya budidaya dan animo masyarakat untuk mengembangkan tanaman aren tersebut masih sedikit yang disebabkan karena masyarakat takut akan resiko yang akan terjadi apabila mereka mengembangkan tanaman aren. Kepunahan tanaman aren yang memiliki banyak manfaat akan semakin cepat terjadi apabila tidak dikembangkan. Sehubungan dengan itu, pemerintah telah mulai menggalakkan tanaman aren dengan menganjurkan masyarakat membudidayakannya. Pada tahun 1959, pemerintah melalui Dirjen Industri Kecil Departermen Perindustrian RI  telah mengeluarkan surat keputusan No. 1959/XIII/86, tentang pengamanan pohon aren. Oleh karena itu, di Sumatera Barat dibuka areal penanaman aren, terutama di daerah Pasaman, Lima Puluh Kota dan Tanah Datar (Rangkuti, 1987).
           Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan penghasil gula aren terbesar dan memiliki areal penanaman aren yang luas di Sumatera Barat. Areal penanaman aren yang luas disebabkan karena agroklimat Kabupaten Lima Puluh Kota cocok untuk penanaman tanaman aren sehingga sangat mendukung pengembangan agribisnis aren. Upaya pengembangan agribisnis aren memerlukan suatu konsep yang terencana dengan baik sehingga menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang merupakan alat untuk mencapai tujuan yang memiliki kaitannya dengan tujuan jangka panjang pengembangan agribisnis aren tersebut. 
Kecamatan Mungka  merupakan kecamatan yang memiliki produksi aren nomor dua terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan informasi Dinas Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota, tingkat kemurnian gula aren di Kecamatan Mungka lebih tinggi di bandingkan dengan kecamatan lain dan gula aren di Kecamatan Mungka memiliki aroma yang khas sehingga diminati banyak konsumen.
Kecamatan Mungka memiliki kondisi topografi yang mendukung dalam mengembangkan tanaman aren yaitu, berada pada ketinggian 520-1350 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 25-30 derajat celcius dan memiliki curah hujan rata-rata 2.142,92 mm per tahun dan 178,57 mm per bulan. Menurut Sunanto (1993), di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1.200 mm per tahun.
Berdasarkan informasi dari UPTD Pertanian Kecamatan Mungka, pengolahan gula aren yang berasal dari nira tanaman aren merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Mungka. Masyarakat di Kecamatan Mungka  yang hanya memanfaatkan satu batang tanaman aren yang tumbuh liar tanpa budidaya yang optimal mampu memperoleh penghasilan sekitar Rp.50.000,-/hari. Hal tersebut membuktikan pengembangan agribisnis tanaman aren sangat menguntungkan bagi masyarakat yang mengolah gula aren dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Mungka. Menurut Kusumanto (2008),  petani aren di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur yang membudidayakan tanaman aren dengan luas lahan 1 Ha (100 batang tanaman aren) dan mengolah nira tanaman aren menjadi gula aren mampu memperoleh keuntungan sebesar  Rp 2.120.000,-/hari/Ha dengan harga gula aren berkisaran Rp 7.000,-/kg. Oleh karena itu,  pengembangan tanaman aren sangat menguntungkan di Kecamatan Mambunut yang dapat dijadikan sebagai acuan petani aren di Kecamatan Mungka untuk membudidayakan tanaman aren sehingga meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka.Tanaman aren yang memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan dan didukung oleh kondisi topografis yang cocok merupakan peluang yang sangat prospektif  dalam mencapai tujuan pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka yaitu meningkatkan produksi gula aren yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka.  
 Namun peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan dan banyak permasalahan-permasalahan dalam mencapai tujuan pengembangan agribisnis aren di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pra-survei, kondisi permasalahan dalam mengembangkan agribisnis aren di Kecamatan Mungka, yaitu (a) masalah pembibitan yang begitu sulit didapatkan, (b) tanaman aren yang masih tumbuh liar tanpa pengelolaan yang baik, (c) teknologi industri gula aren masih sederhana, (d) peranan  manajemen usaha dan kelompok masih kurang perhatian dalam mengelola agribisnis aren di daerah tersebut.  
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka menarik untuk mengetahui bagaimana kondisi agribisnis aren di Kecamatan Mungka dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis aren baik secara internal maupun eksternal sehingga menghasilkan strategi-strategi yang signifikan terhadap kondisi agribisnis aren di Kecamatan Mungka
 Kondisi sistem agribisnis aren di Kecamatan Mungka, pada saat ini telah terdapat kios-kios sarana produksi yang menyediakan pupuk, peptisida dan alat-alat pertanian  tetapi belum meyediakan bibit unggul. Pada saat ini, bibit unggul tersedia di daerah Banten dan Masarang. Kecamatan Mungka memiliki agroklimat yang cocok untuk usahatani aren dan  tersedia lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pembudidayaan tanaman aren tetapi kondisi budidaya tanaman aren pada saat ini hanya sebatas pemupukan dan penyiangan. Gula aren yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik sehingga memiliki permintaan pasar yang tinggi walaupun pengolahan gula aren masih menggunakan teknologi sederhana dan masih dikemas dengan daun pisang serta tidak pernah dipromosikan. Pada saat ini, gula aren memiliki daerah pemasaran di daerah Bukittinggi, Payakumbuh, Jambi dan Riau. Kecamatan Mungka memiliki sarana transportasi, komunikasi dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan agribisnis aren. Namun, penyuluhan dan pelatihan belum pernah diberikan kepada petani aren di Kecamatan Mungka.
Strategi pengembangan agribisnis aren yang cocok dalam meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka, yaitu (1) membangun lahan pembibitan tanaman aren, (2) peningkatan luas lahan tanaman aren, skala produksi dan kualitas gula aren, (3) memberikan penyuluhan tentang budidaya, (4) membangun pabrik gula aren  secara kelompok dengan teknologi tepat guna, (5) pelatihan pengolahan gula aren yang berkualitas, (6) mengembangkan kawasan agroindustri berbasis aren dan (7) membangun sistem informasi tanaman aren yang berbasis web.
Diharapkan pemerintah membuat master plan pengembangan agribisnis aren di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan salah satu daerah sentralnya adalah Kecamatan Mungka. Perhatian dan keseriusan pemerintah sangat diharapkan dalam melakukan pembinaan demi pengembangan sistem agribisnis aren di Kecamatan Mungka ini terutama dalam melakukan demplot pembibitan, bantuan tekhnis dan penyuluhan budidaya, pengolahan dan pemasaran serta peningkatan fasilitas permodalan bagi petani aren.

Read More......