oleh : Aris Aria Samudra (1 Mei 2011)
Tanaman aren merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang sangat menguntungkan dan sangat prospektif untuk dikembangkan. Salah satu prodok yang berasal dari tanaman aren adalah gula aren. Produk gula aren selain dikonsumsi dalam negri juga
diminati oleh pasar ekspor terutama
dalam bentuk gula semut. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain
Jepang, AS dan negara-negara di Eropa.
Gula aren dari Indonesia dapat diterima di pasar manca negara karena memiliki
kandungan dan aroma yang berbeda dengan produksi dari negara lain (Burhanuddin,
2005).
Produk gula aren juga mampu
mengatasi fenomena yang terjadi pada persoalan kesenjangan antara tingkat
produksi di dalam negeri dengan kebutuhan konsumsi gula oleh masyarakat
sehingga harga gula meningkat dan membebani pola pengeluaran masyarakat. Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan gula akan terus meningkat. Menurut
Effendi (1999), permintaan gula nasional per tahun yang meningkat akan
berdampak terhadap permintaan gula merah sebagai pengganti gula manis. Secara
teoritis potensi aren sebagai penghasil gula lebih tinggi dibandingkan tebu per
satuan luas lahan, produksi gula yang dihasilkan tanaman aren 2,4 kali lebih
besar di bandingkan tanaman tebu.. Oleh karena itu, gula aren
berpotensi menjadi komoditas substitusi gula pasir andalan di dalam negeri sehingga mampu
menekan ketergantungan terhadap impor gula.
Berdasarkan informasi dari UPTD Pertanian
Kecamatan Mungka, pengolahan gula aren yang berasal dari nira tanaman aren
merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Mungka. Masyarakat di Kecamatan Mungka yang hanya memanfaatkan satu batang tanaman
aren yang tumbuh liar tanpa budidaya yang optimal mampu memperoleh penghasilan
sekitar Rp.50.000,-/hari.
Hal tersebut membuktikan pengembangan agribisnis tanaman aren sangat
menguntungkan bagi masyarakat yang mengolah gula aren dan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Mungka. Menurut Kusumanto (2008), petani aren di Mambunut Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Timur yang membudidayakan tanaman aren dengan luas lahan 1 Ha (100
batang tanaman aren) dan mengolah nira tanaman aren menjadi gula aren mampu
memperoleh keuntungan sebesar Rp 2.120.000,-/hari/Ha
dengan harga gula aren berkisaran Rp 7.000,-/kg.
Oleh karena itu, pengembangan tanaman
aren sangat menguntungkan di Kecamatan Mambunut yang dapat dijadikan sebagai
acuan petani aren di Kecamatan Mungka untuk membudidayakan tanaman aren
sehingga meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka
Usahatani tanaman aren
Usahatani aren menggambarkan tentang penggunaan dan
pengelolaan faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan
manajemen) dalam proses membudidayakan tanaman aren yaitu persiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemupukan dan pemungutan hasil. Berdasarkan
informasi dari hasil wawancara dengan UPT Pertanian Kecamatan Mungka, seluruh
petani aren di Kecamatan Mungka tidak
pernah melakukan teknik budidaya tanaman aren secara optimal. Petani aren di
Kecamatan Mungka hanya memanfaatkan tanamana aren yang tumbuh secara seleksi
alam sehingga petani aren di Kecamatan Mungka tidak pernah melakukan persiapan
lahan, pembibitan dan penanaman serta pemeliharaan tanaman aren masih sangat
tradisional. Hal tersebut disebabkan karena petani aren tidak memiliki
informasi tentang teknik budidaya yang optimal
Petani aren di Kecamatan Mungka juga tidak
pernah melakukan pengolahan lahan terlebih dahulu dalam membudidayakan tanaman
aren. Tanaman aren tumbuh di perkarangan atau di lereng-lereng perbukitan tanpa
penyiapan lahan dan pengolahan lahan. Menurut Soeseno (1992), akar tanaman aren akan sulit menembus butiran
tanah dan akar tanaman aren akan menjadi kerdil apabila lahan yang akan
ditanami tanaman aren tidak gembur dan tidak ada perlakuan dalam pengolahan
tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman aren dan berpengaruh terhadap
produksi nira yang dihasilkan tanaman aren.
Tanaman aren di Kecamatan Mungka merupakan
tanaman yang tidak dibudidayakan sehingga tanaman aren merupakan tanaman liar
yang penyebaran pertumbuhannya dilakukan melalui seleksi alam dengan bantuan
binatang (musang). Oleh karena itu, bibit tanaman aren yang tumbuh tersebar
secara tidak teratur dan berkelompok. Selain itu, bibit aren yang tumbuh tidak
terdapat dalam jumlah yang besar dan bibit yang tumbuh tersebut belum bisa
dipastikan bibit unggul. Bibit unggul yang tidak tersedia menghambat petani
dalam mengembangkan skala usahanya dan produksi nira yang dihasilkan petani di Kecamatan
Mungka belum maksimal.
Dalam budidaya tanaman aren, petani
responden hanya melakukan penyiangan dan pemupukan. Petani responden menyiangi
tumbuhan pengganggu dan membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di batang
tanaman aren yang dilakukan di setiap
hari sewaktu petani responden melakukan penyadapan nira. Selain itu, petani aren juga melakukan
pemupukan dengan menggunakan abu yang di lakukan satu bulan sekali. Abu
tersebut berasal dari kayu bakar yang digunakan untuk memasak nira menjadi gula
aren Berdasarkan informasi dari petani responden, tanaman aren
yang dilakukan penyiangan dan pemupukan dengan abu lebih memberikan hasil yang
maksimal dibandingkan dengan pohon aren yang tumbuh liar tanpa pemeliharaan. Oleh
karena itu, tanaman aren sangat membutuhkan budidaya dan perawatan yang optimal
sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, petani
responden aren di Kecamatan Mungka masih menggunakan teknik budidaya yang masih
sangat tradisional karena petani responden tidak melakukan pengolahan lahan,
seleksi bibit unggul, penanaman, penyiangan dan pemupukan yang optimal sehingga
sangat mempengaruhi produktivitas tanaman aren. Menurut Kusumanto (2008), kalau
tanaman aren dibudidayakan dengan bibit yang unggul,
pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan manajemen kebun
yang memadai, maka hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini
dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak yang
tidak beraturan. Oleh karena itu, pola penanaman tanaman aren yang tidak beraturan dan
menyebar merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan
Mungka.
Proses Penyadapan Tanaman Aren
Proses penyadapan nira yang dilakukan oleh petani responden meliputi tahap
(1) persiapan penyadapan, (2) pemukulan tandan bunga jantan, (3) pemotongan
ujung tandan bunga jantan, (4) penyadapan. Proses persiapan penyadapan nira
yang dilakukan oleh petani responden dengan membersihkan batang aren dari ijuk
dan kotoran lain serta membuka pelepahnya. Selain membersihkan batang aren,
petani responden memasang tangga yang terbuat dari buluh sebagai alat untuk
memanjat pohon aren sewaktu penyadapan nira. Setelah pohon aren siap disadap,
petani responden melakukan pemukulan terhadap tandan bunga jantan yang siap
untuk disadap niranya. Pemukulan tandan bunga jantan dilakukan menggunakan kayu
dengan arah memutar mulai dari ujung ke arah pangkal, kemudian sebaliknya
sebanyak 3-6 kali putaran yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati serta
menggoyang-goyangkan tandan bunga jantan secara perlahan. Proses tersebut
bertujuan untuk memperbesar pori-pori dan melunakkan tandan bunga jantan,
sehingga nira mudah keluar.
Setelah pemukulan tandan bunga jantan, petani responden memotong ujung
tandan bunga jantan dengan menggunakan pisau. Sebelumnya, dirijen atau bumbung
digantungkan dekat tandan tersebut sehingga air nira yang keluar tertampung
didalam bumbung atau dirijen tersebut. Petani responden akan mengaitkan katrol
dirijen atau bambu sehingga setelah bumbung atau dirijen tersebut penuh maka
petani akan menurunkan menggunakan katrol tersebut.
Proses Pengolahan Gula Aren
proses pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan dengan cara
memasak nira aren tersebut menggunakan kuali yang berukuran besar. Proses
pengolahan nira menjadai gula aren meliputi : (1) penampungan nira, (2)
penyaringan nira, (3) pemasakan, (4) percetakan Setelah nira aren
disadap, nira aren tersebut dikumpulkan didalam ember. Sebelum nira aren tersebut dimasak, nira
disaring dengan menggunakan penyaringan yang berguna untuk memisahkan nira aren
dengan kotoran yang ikut sewaktu penyadapan. Penyaringan nira dari kotoran
dilakukan sebanyak 2 kali. Setelah proses penyaringan, aren dimasak menggunakan
kuali besar di atas tungku api yang berbahan bakar kayu bakar. Seluruh petani
responden menghabiskan kayu bakar dengan biaya sebesar Rp 300.000 per bulan kira-kira 1/8 m3/hari. Nira
aren sebanyak 40-45 liter mampu menghasilkan 5 kg gula aren dengan lama proses
memasak selama 1,5 jam. Setelah nira
aren dimasak, nira akan menjadi kental dan berwarna merah kecoklat-coklatan sehingga
nira yang kental tersebut akan dimasukkan kedalam cetakan yang berdiameter 5
cm. Sebelum dimasukkan kedalam cetakan, cetakan tersebut direndam terlebih
dahulu ke dalam air untuk memudahkan pelepasan gula aren dari cetakan. Cetakan
aren yang berdiameter 5 cm tersebut menghasilkan gula aren dengan berat 0,23 kg-0,25 kg gula aren.
Setelah gula aren kering dan dingin, gula aren tersebut di bungkus dengan daun
pisang dan siap untuk dipasarkan. Satu bungkus gula aren tersebut memiliki
berat 1 kg.
Proses pengolahan nira menjadi gula aren di Kecamatan Mungka masih
sangat sederhana sehingga proses tersebut tidak efisien dan efektif. Selain
itu, proses pengolahan gula aren yang menggunakan kayu bakar merupakan proses
pengolahan yang tidak ramah lingkungan.
Produk gula aren yang dihasilkan oleh petani
aren di Kecamatan Mungka berupa gula cetak yang memiliki bentuk fisik seperti
tabung yang memiliki tinggi 4 cm dan diameter alas 7 cm. Produk gula aren yang
dihasilkan petani aren di Kecamatan Mungka masih sangat tradisional yang
dikemas dengan daun pisang. Bentuk produk tanaman aren yang masih sangat
tradisional dan tidak menarik tidak mampu memasuki pasar modern ataupun pasar
internasional yang selalu memiliki standar kebersihan, standar kualitas dan
kemasan terhadap produk gula aren. Padahal,
kemasan gula aren dapat dirancang semenarik mungkin dalam bentuk produk gula
pasir dan cair/syrup.
Gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka
masih bersifat murni tanpa campuran. Oleh karena itu, konsumen sangat menyukai
gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka karena gula aren yang berasal dari
Kecamatan Mungka memiliki kualitas yang bagus dan aroma yang khas.
Selain itu, menurut Burhanuddin (2005),
gula aren yang berasal dari Indonesia dapat diterima pasar ekspor karena
aromanya yang khas dan memiliki kandungan kadar sukrosa yang tinggi. Kekhasan
gula aren dibandingkan dengan gula lainnya karena mengandung kadar sukrosa
lebih tinggi (84%), dibandingkan gula tebu (20%) dan gula Bit (17%). Walaupun demikian, masyarakat Indonesia masih dominan untuk mengkonsumsi
gula tebu dari pada gula aren. Hal tersebut disebabkan karena pola konsumsi
gula tebu telah menjadi kebiasaan masyarakat di Indonesia (Kusumanto, 2009).
Selain itu, gula aren yang berasal dari Kecamatan
Mungka tidak menggunakan kemasan yang bagus, bersih dan menarik. Gula aren yang
berasal dari Kecamatan Mungka hanya menggunakan kemasan dari daun pisang dan
produk masih berbentu slinder. Sebagai perbandingan, gula aren yang berasal
dari Masarang telah menggunakan kemasan plastik dan botol yang dikemas dengan
semenarik mungkin dan bersih sehingga harga jual menjadi tinggi dan mampu
memasuki pasar ekspor (Kusumanto, 2009). Oleh karena itu, gula aren yang
berasal di Kecamatan Mungka seharusnya dikemas dengan menarik sehingga mampu
memasuki pasar ekspor yang masih sangat prospektif.
Promosi terhadap produk gula aren yang
berasal dari Kecamatan Mungka juga tidak pernah dilakukan sehingga hal tersebut
dapat menyebabkan konsumen tidak mengetahui keunggulan gula aren yang berasal
dari Kecamatan Mungka. Kegiatan promosi dan memberikan kemasan yang menarik
memberikan nilai tambah bagi produk tersebut sehingga gula aren yang berasal
dari Kecamatan Mungka yang tidak memiliki kemasan yang menarik dan tidak ada
kegiatan promosi merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan
Mungka.
Walaupun kemasan gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tidak
bagus, bersih dan menarik serta belum adanya kegiatan promosi, gula aren yang
dihasilkan selalu habis terjual dengan harga yang cukup tinggi yaitu Rp 10.000/ kg yang
di jemput oleh pedagang pengumpul ke tempat pengolahan yang dimiliki oleh
petani responden.
Modal yang diperlukan petani responden
dalam usahatani aren berkisar Rp 600.000-Rp
700.000. Modal tersebut terdiri dari biaya
investasi alat-alat penyadapan dan pengolahan gula aren, biaya tenaga kerja (biaya
yang diperhitungkan/bulan) dan biaya operasi (biaya pembelian kayu
bakar/bulan). Alat-alat yang digunakan dalam usahatani aren yaitu, parang, batu
asahan, kuali, sendok, dirijen, baskom, katrol, plastik dan pencetak gula aren
dengan biaya investasi awal rata-rata sebesar Rp 279.500,-.
Selain itu, penyusutan alat-alat tersebut juga diperhitungkan dengan membagi 2,
yaitu biaya penyusutan alat penyadapan nira dengan biaya rata-rata sebesar Rp 512,-/bulan dan biaya penyusutan alat pengolahan nira menjadi gula aren
dengan biaya rata-rata sebesar Rp 3.054 /bulan. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan bakar (kayu bakar) adalah Rp
737.750,-/bulan dan Rp 300.000,- /bulan. Namun, biaya tenaga kerja merupakan
biaya yang diperhitungkan karena menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Oleh
karena itu, modal yang diperlukan petani responden dalam mengusahakan usaha
tani aren masih bisa dipenuhi oleh petani responden tersebut sehingga merupakan
kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.
biaya rata-rata petani responden dalam
mengusahakan usahatani aren sebesar Rp 1.043.515,-/bulan dengan penjualan rata-rata sebesar 3.225.000,-/bulan
sehingga keuntungan bersih rata-rata yang diperoleh petani responden sebesar Rp
2.181.484,- /bulan
dengan nilai R/C sebesar 10,41. Oleh karena itu, usahatani aren sangat menguntungkan untuk
dilaksanakan dan sangat potensial untuk dikembangkan dengan mempertimbangkan
permintaan pasar tehadap gula aren masih belum bisa dipenuhi sehingga
keuntungan yang cukup tinggi diperoleh petani responden yang masih mengusahakan
tanaman aren dengan tradisional dan jumlah tanaman yang masih sedikit.
Jual bibit aren, harga rp.1.500/pokok,umur 2 bulan, bisa kirim antar pulau. Silahkan lihat katalog lengkap produk bibit tanaman kami di :
BalasHapushttp://bibitsawitkaret.blogspot.com/
Atau hub. 0823 6741 0713 dengan Muhammad Isnaini.
permisi bang..
BalasHapussaya muktar kurnia siregar Mahasiswa dari fakultas pertanian Universitas Islam Sumatera Utara
setelah membaca artikel yang abang buat saya jadi tertari untuk melakukan penelitian tentang aren
untuk itu saya bertujuan menjadikan penelitian abang tersubut menjadi penelitian terdahulu.
oleh karena itu bolekah saya mengetahui
Nama lengkap abang
nama perguruan tinggi tempat abang belaja
nama desa tempat abang penelitian
dan judul penelitian abang
tahun penelitaian abang
itu semua nguna untuk membuat daftar pustaka dalam skripsi saya
terimakasi