Sabtu, 30 April 2011

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS AREN di KECAMATAN MUNGKA




 
Oleh : Aris Aria Samudra ( 1 Mei 2011 )
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari pembangunan pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri  dalam negri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2005). 
Urgensi sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian nasional dapat terlihat dari pemanfaatan sumber daya hayati yang melimpah sehingga menjadi  keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia dalam menghasilkan komoditas-komoditas pertanian. Sektor pertanian yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut terbagi kedalam berbagai subsektor yang dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman holtikultura, subsektor tanaman perkebunan (Pahan, 2008). 
Tanaman aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga sangat prospektif dalam pengembangannya dan memiliki peluang yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Aren termasuk salah satu tanaman berpotensi cukup besar dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini merupakan sumber daya alam yang dikenal di kawasan tropika, disebabkan oleh manfaatnya yang beraneka ragam, seperti sagu, ijuk, tangkai tandan bunga jantan, buah, daun, pelepah, akar dan kulit batang yang banyak dimanfaatkan orang (Sunanto, 1993). 
Nilai ekonomis yang dimiliki oleh produk-produk yang dihasilkan tanaman aren tersebut sangat dibutuhkan oleh pasar internasional sehingga mampu meningkatkan nilai ekspor yang berdampak pada peningkatan perekonomian nasional. Produk yang paling besar nilai ekonomisnya adalah gula aren. Produk gula aren selain dikonsumsi dalam negri juga diminati  oleh pasar ekspor terutama dalam bentuk gula semut. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain Jepang, AS dan  negara-negara di Eropa. Gula aren dari Indonesia dapat diterima di pasar manca negara karena memiliki kandungan dan aroma yang berbeda dengan produksi dari negara lain (Burhanuddin, 2005).
            Selain itu, produk gula aren juga mampu mengatasi fenomena yang terjadi pada persoalan kesenjangan antara tingkat produksi di dalam negeri dengan kebutuhan konsumsi gula oleh masyarakat sehingga harga gula meningkat dan  membebani pola pengeluaran masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan gula akan terus meningkat. Menurut Effendi (1999), permintaan gula nasional per tahun yang meningkat akan berdampak terhadap permintaan gula merah sebagai pengganti gula manis. Secara teoritis potensi aren sebagai penghasil gula lebih tinggi dibandingkan tebu per satuan luas lahan, produksi gula yang dihasilkan tanaman aren 2,4 kali lebih besar di bandingkan tanaman tebu.. Oleh karena itu, gula aren berpotensi menjadi komoditas substitusi gula pasir  andalan di dalam negeri sehingga mampu menekan ketergantungan terhadap impor gula.
Tanaman aren juga memiliki potensi dalam menghasilkan etanol. Potensi etanol dari aren adalah yang paling besar di antara semua sumber yang saat ini bisa dilakukan . Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.5/2006, pemerintah memiliki target untuk mengganti 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol. Oleh karena itu, Peraturaran Pemerintah No.5/2006 memberikan gambaran bahwa tanaman aren memiliki peluang untuk dikembangkan karena memiliki produksi etanol yang tinggi per satuan luas lahan sehingga mampu memenuhi kebutuhan bioetanol dalam negeri ataupun untuk diekspor ke luar negeri (Soleh, 2009).
Potensi yang dimiliki komoditas pertanian  merupakan tantangan dan peluang bagi petani, pengusaha produk-produk komoditas pertanian, dan pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi komoditas pertanian. Masa depan komoditas pertanian  tergantung pada sejauh mana sistem agribisnis berkembang yaitu keseimbangan antara aspek pertanian, bisnis dan jasa penunjang (Krisnamuthi dan Fausia, 2009).
Sistem agribisnis aren memiliki peluang untuk dikembangkan akan tetapi  peluang tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pada umumnya, tanaman aren tumbuh begitu saja tanpa adanya budidaya dan animo masyarakat untuk mengembangkan tanaman aren tersebut masih sedikit yang disebabkan karena masyarakat takut akan resiko yang akan terjadi apabila mereka mengembangkan tanaman aren. Kepunahan tanaman aren yang memiliki banyak manfaat akan semakin cepat terjadi apabila tidak dikembangkan. Sehubungan dengan itu, pemerintah telah mulai menggalakkan tanaman aren dengan menganjurkan masyarakat membudidayakannya. Pada tahun 1959, pemerintah melalui Dirjen Industri Kecil Departermen Perindustrian RI  telah mengeluarkan surat keputusan No. 1959/XIII/86, tentang pengamanan pohon aren. Oleh karena itu, di Sumatera Barat dibuka areal penanaman aren, terutama di daerah Pasaman, Lima Puluh Kota dan Tanah Datar (Rangkuti, 1987).
           Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan penghasil gula aren terbesar dan memiliki areal penanaman aren yang luas di Sumatera Barat. Areal penanaman aren yang luas disebabkan karena agroklimat Kabupaten Lima Puluh Kota cocok untuk penanaman tanaman aren sehingga sangat mendukung pengembangan agribisnis aren. Upaya pengembangan agribisnis aren memerlukan suatu konsep yang terencana dengan baik sehingga menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang merupakan alat untuk mencapai tujuan yang memiliki kaitannya dengan tujuan jangka panjang pengembangan agribisnis aren tersebut. 
Kecamatan Mungka  merupakan kecamatan yang memiliki produksi aren nomor dua terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan informasi Dinas Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota, tingkat kemurnian gula aren di Kecamatan Mungka lebih tinggi di bandingkan dengan kecamatan lain dan gula aren di Kecamatan Mungka memiliki aroma yang khas sehingga diminati banyak konsumen.
Kecamatan Mungka memiliki kondisi topografi yang mendukung dalam mengembangkan tanaman aren yaitu, berada pada ketinggian 520-1350 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 25-30 derajat celcius dan memiliki curah hujan rata-rata 2.142,92 mm per tahun dan 178,57 mm per bulan. Menurut Sunanto (1993), di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1.200 mm per tahun.
Berdasarkan informasi dari UPTD Pertanian Kecamatan Mungka, pengolahan gula aren yang berasal dari nira tanaman aren merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Mungka. Masyarakat di Kecamatan Mungka  yang hanya memanfaatkan satu batang tanaman aren yang tumbuh liar tanpa budidaya yang optimal mampu memperoleh penghasilan sekitar Rp.50.000,-/hari. Hal tersebut membuktikan pengembangan agribisnis tanaman aren sangat menguntungkan bagi masyarakat yang mengolah gula aren dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Mungka. Menurut Kusumanto (2008),  petani aren di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur yang membudidayakan tanaman aren dengan luas lahan 1 Ha (100 batang tanaman aren) dan mengolah nira tanaman aren menjadi gula aren mampu memperoleh keuntungan sebesar  Rp 2.120.000,-/hari/Ha dengan harga gula aren berkisaran Rp 7.000,-/kg. Oleh karena itu,  pengembangan tanaman aren sangat menguntungkan di Kecamatan Mambunut yang dapat dijadikan sebagai acuan petani aren di Kecamatan Mungka untuk membudidayakan tanaman aren sehingga meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka.Tanaman aren yang memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan dan didukung oleh kondisi topografis yang cocok merupakan peluang yang sangat prospektif  dalam mencapai tujuan pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka yaitu meningkatkan produksi gula aren yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka.  
 Namun peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan dan banyak permasalahan-permasalahan dalam mencapai tujuan pengembangan agribisnis aren di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pra-survei, kondisi permasalahan dalam mengembangkan agribisnis aren di Kecamatan Mungka, yaitu (a) masalah pembibitan yang begitu sulit didapatkan, (b) tanaman aren yang masih tumbuh liar tanpa pengelolaan yang baik, (c) teknologi industri gula aren masih sederhana, (d) peranan  manajemen usaha dan kelompok masih kurang perhatian dalam mengelola agribisnis aren di daerah tersebut.  
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka menarik untuk mengetahui bagaimana kondisi agribisnis aren di Kecamatan Mungka dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis aren baik secara internal maupun eksternal sehingga menghasilkan strategi-strategi yang signifikan terhadap kondisi agribisnis aren di Kecamatan Mungka
 Kondisi sistem agribisnis aren di Kecamatan Mungka, pada saat ini telah terdapat kios-kios sarana produksi yang menyediakan pupuk, peptisida dan alat-alat pertanian  tetapi belum meyediakan bibit unggul. Pada saat ini, bibit unggul tersedia di daerah Banten dan Masarang. Kecamatan Mungka memiliki agroklimat yang cocok untuk usahatani aren dan  tersedia lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pembudidayaan tanaman aren tetapi kondisi budidaya tanaman aren pada saat ini hanya sebatas pemupukan dan penyiangan. Gula aren yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik sehingga memiliki permintaan pasar yang tinggi walaupun pengolahan gula aren masih menggunakan teknologi sederhana dan masih dikemas dengan daun pisang serta tidak pernah dipromosikan. Pada saat ini, gula aren memiliki daerah pemasaran di daerah Bukittinggi, Payakumbuh, Jambi dan Riau. Kecamatan Mungka memiliki sarana transportasi, komunikasi dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan agribisnis aren. Namun, penyuluhan dan pelatihan belum pernah diberikan kepada petani aren di Kecamatan Mungka.
Strategi pengembangan agribisnis aren yang cocok dalam meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka, yaitu (1) membangun lahan pembibitan tanaman aren, (2) peningkatan luas lahan tanaman aren, skala produksi dan kualitas gula aren, (3) memberikan penyuluhan tentang budidaya, (4) membangun pabrik gula aren  secara kelompok dengan teknologi tepat guna, (5) pelatihan pengolahan gula aren yang berkualitas, (6) mengembangkan kawasan agroindustri berbasis aren dan (7) membangun sistem informasi tanaman aren yang berbasis web.
Diharapkan pemerintah membuat master plan pengembangan agribisnis aren di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan salah satu daerah sentralnya adalah Kecamatan Mungka. Perhatian dan keseriusan pemerintah sangat diharapkan dalam melakukan pembinaan demi pengembangan sistem agribisnis aren di Kecamatan Mungka ini terutama dalam melakukan demplot pembibitan, bantuan tekhnis dan penyuluhan budidaya, pengolahan dan pemasaran serta peningkatan fasilitas permodalan bagi petani aren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar