Oleh : Aris Aria Samudra ( 1 Mei 2011 )
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam
perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari pembangunan pertanian
yang diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan
pangan dan kebutuhan industri dalam
negri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas
kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2005).
Urgensi sektor pertanian dalam meningkatkan
perekonomian nasional dapat terlihat dari pemanfaatan sumber daya hayati yang
melimpah sehingga menjadi keunggulan
komparatif yang dimiliki Indonesia dalam menghasilkan komoditas-komoditas
pertanian. Sektor pertanian yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut
terbagi kedalam berbagai subsektor yang dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman
yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman holtikultura, subsektor
tanaman perkebunan (Pahan, 2008).
Tanaman aren merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga sangat prospektif
dalam pengembangannya dan memiliki peluang yang sangat besar dalam meningkatkan
perekonomian suatu wilayah. Aren termasuk salah satu tanaman berpotensi cukup
besar dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini merupakan sumber daya alam
yang dikenal di kawasan tropika, disebabkan oleh manfaatnya yang beraneka
ragam, seperti sagu, ijuk, tangkai tandan bunga jantan, buah, daun, pelepah,
akar dan kulit batang yang banyak dimanfaatkan orang (Sunanto, 1993).
Nilai ekonomis yang dimiliki oleh produk-produk
yang dihasilkan tanaman aren tersebut sangat dibutuhkan oleh pasar
internasional sehingga mampu meningkatkan nilai ekspor yang berdampak pada
peningkatan perekonomian nasional. Produk yang paling besar nilai ekonomisnya
adalah gula aren. Produk gula aren selain dikonsumsi dalam negri juga
diminati oleh pasar ekspor terutama
dalam bentuk gula semut. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain
Jepang, AS dan negara-negara di Eropa.
Gula aren dari Indonesia dapat diterima di pasar manca negara karena memiliki
kandungan dan aroma yang berbeda dengan produksi dari negara lain (Burhanuddin,
2005).
Selain itu, produk gula aren juga
mampu mengatasi fenomena yang terjadi pada persoalan kesenjangan antara tingkat
produksi di dalam negeri dengan kebutuhan konsumsi gula oleh masyarakat
sehingga harga gula meningkat dan membebani pola pengeluaran masyarakat. Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan gula akan terus meningkat. Menurut
Effendi (1999), permintaan gula nasional per tahun yang meningkat akan
berdampak terhadap permintaan gula merah sebagai pengganti gula manis. Secara
teoritis potensi aren sebagai penghasil gula lebih tinggi dibandingkan tebu per
satuan luas lahan, produksi gula yang dihasilkan tanaman aren 2,4 kali lebih
besar di bandingkan tanaman tebu.. Oleh karena itu, gula aren
berpotensi menjadi komoditas substitusi gula pasir andalan di dalam negeri sehingga mampu
menekan ketergantungan terhadap impor gula.
Tanaman aren juga
memiliki potensi dalam menghasilkan etanol. Potensi etanol dari aren adalah yang paling besar
di antara semua sumber yang saat ini bisa dilakukan . Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.5/2006, pemerintah memiliki target untuk mengganti 1,48 miliar
liter bensin dengan bioetanol. Oleh karena itu, Peraturaran Pemerintah
No.5/2006 memberikan gambaran bahwa tanaman aren memiliki peluang untuk
dikembangkan karena memiliki produksi etanol yang tinggi per satuan luas lahan
sehingga mampu memenuhi kebutuhan bioetanol dalam negeri ataupun untuk diekspor
ke luar negeri (Soleh, 2009).
Potensi yang
dimiliki komoditas pertanian merupakan
tantangan dan peluang bagi petani, pengusaha produk-produk komoditas pertanian,
dan pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi komoditas pertanian. Masa
depan komoditas pertanian tergantung
pada sejauh mana sistem agribisnis berkembang yaitu keseimbangan antara aspek
pertanian, bisnis dan jasa penunjang (Krisnamuthi dan Fausia, 2009).
Sistem agribisnis aren memiliki peluang
untuk dikembangkan akan tetapi peluang tersebut
belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pada umumnya, tanaman aren tumbuh begitu
saja tanpa adanya budidaya dan animo masyarakat untuk mengembangkan tanaman
aren tersebut masih sedikit yang disebabkan karena masyarakat takut akan resiko
yang akan terjadi apabila mereka mengembangkan tanaman aren. Kepunahan tanaman
aren yang memiliki banyak manfaat akan semakin cepat terjadi apabila tidak
dikembangkan. Sehubungan dengan itu, pemerintah telah mulai menggalakkan
tanaman aren dengan menganjurkan masyarakat membudidayakannya. Pada tahun 1959,
pemerintah melalui Dirjen Industri Kecil Departermen Perindustrian RI telah mengeluarkan surat keputusan No.
1959/XIII/86, tentang pengamanan pohon aren. Oleh karena itu, di Sumatera Barat
dibuka areal penanaman aren, terutama di daerah Pasaman, Lima Puluh Kota dan Tanah
Datar (Rangkuti, 1987).
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan penghasil gula aren terbesar dan
memiliki areal penanaman aren yang luas di Sumatera Barat. Areal penanaman
aren yang luas disebabkan karena agroklimat Kabupaten Lima Puluh Kota cocok untuk
penanaman tanaman aren sehingga sangat mendukung pengembangan agribisnis aren. Upaya
pengembangan agribisnis aren memerlukan suatu konsep yang terencana dengan baik
sehingga menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang merupakan alat untuk
mencapai tujuan yang memiliki kaitannya dengan tujuan jangka panjang
pengembangan agribisnis aren tersebut.
Kecamatan Mungka merupakan kecamatan yang memiliki produksi aren
nomor dua terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan informasi
Dinas Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota, tingkat kemurnian gula aren di Kecamatan
Mungka lebih tinggi di bandingkan dengan kecamatan lain dan gula aren di Kecamatan
Mungka memiliki aroma yang khas sehingga diminati banyak konsumen.
Kecamatan Mungka memiliki kondisi
topografi yang mendukung dalam mengembangkan tanaman aren yaitu, berada pada
ketinggian 520-1350 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 25-30 derajat
celcius dan memiliki curah hujan rata-rata 2.142,92
mm per tahun dan 178,57 mm per bulan. Menurut Sunanto (1993), di Indonesia
tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang
tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut dengan curah hujan
yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1.200
mm per tahun.
Berdasarkan informasi dari UPTD Pertanian
Kecamatan Mungka, pengolahan gula aren yang berasal dari nira tanaman aren
merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Mungka. Masyarakat di Kecamatan Mungka yang hanya memanfaatkan satu batang tanaman
aren yang tumbuh liar tanpa budidaya yang optimal mampu memperoleh penghasilan
sekitar Rp.50.000,-/hari.
Hal tersebut membuktikan pengembangan agribisnis tanaman aren sangat
menguntungkan bagi masyarakat yang mengolah gula aren dan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Mungka. Menurut Kusumanto (2008), petani aren di Mambunut Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Timur yang membudidayakan tanaman aren dengan luas lahan 1 Ha (100
batang tanaman aren) dan mengolah nira tanaman aren menjadi gula aren mampu
memperoleh keuntungan sebesar Rp 2.120.000,-/hari/Ha
dengan harga gula aren berkisaran Rp 7.000,-/kg.
Oleh karena itu, pengembangan tanaman
aren sangat menguntungkan di Kecamatan Mambunut yang dapat dijadikan sebagai
acuan petani aren di Kecamatan Mungka untuk membudidayakan tanaman aren
sehingga meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka. Tanaman aren yang memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan dan
didukung oleh kondisi topografis yang cocok merupakan peluang yang sangat prospektif
dalam mencapai tujuan pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka yaitu
meningkatkan produksi gula aren yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka.
Namun peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan dan banyak permasalahan-permasalahan
dalam mencapai tujuan pengembangan agribisnis aren di daerah tersebut.
Berdasarkan pengamatan pra-survei, kondisi permasalahan dalam mengembangkan
agribisnis aren di Kecamatan Mungka, yaitu (a) masalah pembibitan yang begitu
sulit didapatkan, (b) tanaman aren yang masih tumbuh liar tanpa pengelolaan
yang baik, (c) teknologi industri gula aren masih sederhana, (d) peranan manajemen usaha dan kelompok masih kurang
perhatian dalam mengelola agribisnis aren di daerah tersebut.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka menarik untuk
mengetahui bagaimana kondisi agribisnis aren di Kecamatan Mungka dengan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis aren
baik secara internal maupun eksternal sehingga menghasilkan strategi-strategi
yang signifikan terhadap kondisi agribisnis aren di Kecamatan Mungka
Kondisi sistem agribisnis aren di Kecamatan Mungka, pada saat ini
telah terdapat kios-kios sarana produksi yang menyediakan pupuk, peptisida dan
alat-alat pertanian tetapi belum
meyediakan bibit unggul. Pada saat ini, bibit unggul tersedia di daerah Banten
dan Masarang. Kecamatan Mungka memiliki agroklimat yang cocok untuk usahatani
aren dan tersedia lahan yang bisa
dimanfaatkan untuk pembudidayaan tanaman aren tetapi kondisi budidaya tanaman
aren pada saat ini hanya sebatas pemupukan dan penyiangan. Gula aren yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik sehingga memiliki permintaan pasar yang
tinggi walaupun pengolahan gula aren masih menggunakan teknologi sederhana dan
masih dikemas dengan daun pisang serta tidak pernah dipromosikan. Pada saat
ini, gula aren memiliki daerah pemasaran di daerah Bukittinggi, Payakumbuh,
Jambi dan Riau. Kecamatan Mungka memiliki sarana transportasi, komunikasi dan
lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan agribisnis
aren. Namun, penyuluhan dan pelatihan belum pernah diberikan kepada petani aren
di Kecamatan Mungka.
Strategi pengembangan
agribisnis aren yang cocok dalam meningkatkan pendapatan petani aren di
Kecamatan Mungka, yaitu (1) membangun lahan pembibitan tanaman aren, (2)
peningkatan luas lahan tanaman aren, skala produksi dan kualitas gula aren, (3)
memberikan penyuluhan tentang budidaya, (4) membangun pabrik gula aren secara kelompok dengan teknologi tepat guna,
(5) pelatihan pengolahan gula aren yang berkualitas, (6) mengembangkan kawasan
agroindustri berbasis aren dan (7) membangun sistem informasi tanaman aren yang
berbasis web.
Diharapkan
pemerintah membuat master plan pengembangan agribisnis aren di Kabupaten Lima
Puluh Kota dengan salah satu daerah sentralnya adalah Kecamatan Mungka.
Perhatian dan keseriusan pemerintah sangat diharapkan dalam melakukan pembinaan
demi pengembangan sistem agribisnis aren di Kecamatan Mungka ini terutama dalam
melakukan demplot pembibitan, bantuan tekhnis dan penyuluhan budidaya,
pengolahan dan pemasaran serta peningkatan fasilitas permodalan bagi petani
aren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar